Latar belakang
Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi. Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya.Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh dengan baik.
Batasan permasalah
Batasan permasalahan didalam praktikum Teknologi Beton meliputi Pemeriksaan agregat terdiri dari analisa saringan agregat, berat jenis, penyerapan agregat kasar dan halus, kadar air agregat, kadar lumpur, dan lempung, kadar bahan organik agregat, analisa bentuk agregat, dan bulking faktor. Dan merancang campuran beton ( Mix Design ) dengan Mutu beton K 250.
Tujuan menganalisa bahan.
Maksud diadakannya analisa bahan adalah agar dapat mengetahui material- material mana dan apa saja yang baik digunakan untuk pembuatan beton dan menetukan material yang tepat untuk menghasilkan mutu beton yang baik sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan.
Teori Dasar
Asal-Usul Beton
Material beton terdiri dari agregat dan matriks pasta semen. Antara agregat dan mortar terdapat interface zone (zona antar permukaan). Interface zone merupakan daerah yang paling lemah pada beton. Kehancuran pada beton biasanya terjadi pada interface, yaitu bidang kontak antara pasta semen dengan agregat, dimana ikatannya tidak sempurna. Memperkuat zona antara permukaan mortar dan agregat merupakan suatu pemecahan permasalahan untuk mendapatkan beton mutu tinggi. Beberapa bahan tambahan yang dapat dipakai untuk memperbaiki interface antara lain, terak nikel, abu terbang dan silica fume, karena memiliki kandungan silika yang cukup tinggi.
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan-ikat. Singkatnya dapat dikatakan pasta bahwa semen mengikat pasir dan bahan-bahan agreget lain (kerikil,basalt, dll). Sifat-sifat beton pada suhu tinggi di pengaruhi dalam batas tertentu oleh jenis agregat. Beton structural dapat digolongkan ke dalam tiga jenis agregat, antara lain:
- · Karbonat. Meliputi batu kapur dan dolomite dan dimasukkan dalam satu golongan kedua zat ini mengalami perubahan susunan kimia pada suhu antara 1300F sampai 1800F.
- · Silikat. Meliputi granit, kuarsit, batu pasir. “schist”, dan bahan lain yang mengandung silikat, tidak mengalami perubahan kimia pada suhu yang biasa dijumpai dalam kebakaran. Walaupun silikat mengalami perubahan volume yang tiba-tiba setelah inverse kuarsa terjadi pada suhu sekitar 1060F, beton yang beragregat silikat tidak menunjukan perubahan volume atau sifat fisika lain yang tiba-tiba.
- · Berbobot ringan. Bisa diproduksi dengan mengekspansi batu karang, batu tulis tanah liat, dan karang yang diekspansi dipanasi sampai sekiyar 1900F sampai 2000F selama pembuatan. Pada suhu ini, agregat tersebut menjadi cair. Akibatnya, agregat berbobot ringan ini yang berada dekat permukaan beton yang mengalami uji kekealan standar mulai melunak setelah terbakar selama sekitar empat jam. Dalam praktek, pengaruh pelunakan ini umumnya kecil. Selain sifat sifat beton, aspek lain yang besar pengaruhnya terhadap pembentukan panas hidratasi adalah faktor-air-semen.
- · Faktor air semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat semen:
Berat air (kg/m3) = F.A.S x berat semen (l/m3)
- · Bila spesi beton di tambah extra air, maka sebenarnya hanya pori-porinya yang bertambah banyak. Akibatnya beton lebih berpori-pori dan kekuatan serta masa pakainya berkurang. Pedoman untuk komposisi spesi beton yang dapat dipegang yaitu, semen:pasir:kerikil=1:2:3.Satuan perbandingan ini adalah volume.
a) Sifat Teknis Beton Non-Pasir, adalah kajian tentang pengertian, manfaat, dan sifat-sifat beton non-pasir, serta penerapannya baik pada struktur atau pada non struktur pekerjaan Teknik Sipil.
b) Bahan – bahan Penyusun Beton, adalah kajian tentang air sebagai bahan penyusun, fungsi dan kriterianya, Semen Portland, dan agregat, meliputi jenis, fungsi dan perannya, serta proses pembentukan beton.
c) Sifat Teknis Agregat, adalah kajian tentang agregat dan permasalahan nya, jenis dan macam-macamnya, sifat-sifat teknis, cara pembuatan serta fungsi dan perannya dalam pembentukan beton.
d) Pembuatan Agregat Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang metodologi pembuatan, gradasi, pengkondisian dan pengujian sifat teknis agregat untuk beton non-pasir.
e) Perancangan adukan Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang Mix Design adukan beton berdasarkan coba-coba, SNI, ACI, dan ROAD NOTE No.4, sehingga kebutuhan bahan dapat dianalisis secara pasti.
f) Pengujian Beton Segar, adalah kajian dan pelaksanaan tentang proses pengadukan, pengujian beton dalam keadaan plastis, meliputi sifat teknis, kelecakan (Consistency), dan Slump Test.
g) Pembuatan Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pembuatan benda uji baik berupa kubus atau silinder Beton Non-Pasir, berdasarkan variasi adukan yang telah ditentukan, ketepatan dimensi, serta ketentuan kepadatannya.
h) Pengendalian Mutu Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pengendalian mutu beton, meliputi pengawasan, perawatan / Curing, Caping, kodefikasi, Evaluasi dan Rehabilitasi cacat yang terjadi.
i) Pengujian Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pengujian sifat teknis Beton Non-Pasir, meliputi dimensi, Berat Jenis, Volume Rongga, dan Kuat Tekan
METODE DOE
Agregat
Agregat adalah beton dalam butiran (batu alami/batu pecah, pasir, abu batu) yang tidak bereaksi secara kimia dengan semen dan air.
Agregat dibagi menjadi 2 yaitu :
b) Bahan – bahan Penyusun Beton, adalah kajian tentang air sebagai bahan penyusun, fungsi dan kriterianya, Semen Portland, dan agregat, meliputi jenis, fungsi dan perannya, serta proses pembentukan beton.
c) Sifat Teknis Agregat, adalah kajian tentang agregat dan permasalahan nya, jenis dan macam-macamnya, sifat-sifat teknis, cara pembuatan serta fungsi dan perannya dalam pembentukan beton.
d) Pembuatan Agregat Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang metodologi pembuatan, gradasi, pengkondisian dan pengujian sifat teknis agregat untuk beton non-pasir.
e) Perancangan adukan Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang Mix Design adukan beton berdasarkan coba-coba, SNI, ACI, dan ROAD NOTE No.4, sehingga kebutuhan bahan dapat dianalisis secara pasti.
f) Pengujian Beton Segar, adalah kajian dan pelaksanaan tentang proses pengadukan, pengujian beton dalam keadaan plastis, meliputi sifat teknis, kelecakan (Consistency), dan Slump Test.
g) Pembuatan Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pembuatan benda uji baik berupa kubus atau silinder Beton Non-Pasir, berdasarkan variasi adukan yang telah ditentukan, ketepatan dimensi, serta ketentuan kepadatannya.
h) Pengendalian Mutu Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pengendalian mutu beton, meliputi pengawasan, perawatan / Curing, Caping, kodefikasi, Evaluasi dan Rehabilitasi cacat yang terjadi.
i) Pengujian Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pengujian sifat teknis Beton Non-Pasir, meliputi dimensi, Berat Jenis, Volume Rongga, dan Kuat Tekan
METODE DOE
Agregat
Agregat adalah beton dalam butiran (batu alami/batu pecah, pasir, abu batu) yang tidak bereaksi secara kimia dengan semen dan air.
Agregat dibagi menjadi 2 yaitu :
Agregat Halus
Agregat halus adalah bahan pengisis beton yang berupa butiran lebih kecil dari 4,75 mm yang bereaksi kimia dengan semen dan air. Fungsi agregat adalah sebagai bahan pengisi ( mengisi paling sedikit ¾ volume beton).
Mutu dan kondisi agregat halus berpengaruh terhadap :
Kekuatan (strenght)
Keawetan (durability)
Sifat ikat ( inter locking ) antara agregat dan pasta semen.
Persyaratan agregat halus / pasir ( PBI 1971 ):
Butiran halus, logam, dan keras
Tidak pecah/ hancur oleh cuaca
Kadar lumpur max 5 % ( ditentukan terhadap berat kering )
Bahan organik diperiksa dengan percobaan warna ( dengan larutan NaOH )
Suasana gradasi mengikuti persyaratan agregat campuran
Analisa Saringan Agregat Halus.
Analisa saringan agregat halus adalah pemeriksaan ukuran butiran agregat halus secara merata sesuai dengan syarat lolos komulatif gradasi agregat halus yang telah ditetapkan.
Adapun dalam menentukan zona agregat halus dapat dilakukan dengan menggunakan saringan ukuran 0,075 mm 38,1 mm letak zonanya dapat diketahui dari prosentase agregat halus yang tertinggal pada masing-masing saringan.
Berat Jenis Penyerapan Agregat Halus
berat jenis agregat halus adalah berat agregat halus dalam keadaan kering dibagi dengan (berat labu + air 25o ditambah contoh jenuh permukaan dikurangi berat seluruhnya)
penyerapan adalah kemampun agregat dalam menyerap air dalam proses pembuatan beton. Berat jenis dibagi menjadi 2 bagian yakni berat jenis kering permukaan dan berat jenis semu.
Adapun cara untuk mencarinya menggunakan rumus :
a. berat jenis = B : (C+B+D)
b. berat jenis permukaan = A : (C+A-D)
c. berat jenis semu = B : (C+B-D)
d. penyerapan = (A - B x 100) : B
Dimana :
A. Berat contoh jenuh kering permukaan (gr)
B. Berat contoh kering (gr)
C. Berat labu +air 250c(g)
D. Berat labu +SSD+air250c(gr)
Kadar Air Agregat Halus
Kadar agregat halus adalah kandungan yang terdapat kandungan air tersebut .Hal ini sangat mempengerui agregat dan jumlah air yang di butukan pada saat pencampuran komponen beton .
Rumus untuk kadar agregat halus :
kadar air (w):D/Ex100%
Di mana :
D. Berat air ((berat bejana+ berat contoh basah)-(contoh kering(gr))
E. Berat contoh kering ((berat bejana +contoh kering)–berat bejan (gr))
Kadar Bahan Organik Agregat Halus
Merupakan bahan-bahan kandungan organic yang terdapat pada agregat halus. Dapat diketahui dengan melihat warna NaOH 3% yang telah dicampur air dan contoh agregat yang akan digunakan ;
Gambar 1. Organic palet / standar warna untuk menentukan kadar agregat organik
No 1 dan No 2 à Pasir dapat digunakan tanpa di cuci
No 3 dan No 4 à Pasir perlu di cuci sebelum digunakan
No 5 à Perlu dipertimbangkan penggunaannya
Agregat Kasar
Agregat kasar adalah bahan pengisi dalam bentuk butiran yang lebih besar dari 4,75 mm. Fungsi dan pengaruhnya tidak jauh beda dengan agregat halus. Persaratan Ag kasar (koral/batu pecah);
Jumlah butir-butir pipih max 20% dari berat agregat total.
Tidak pecah/hancur oleh cuaca.
Kadar lumpur max 1%.
Tidak mengandung zat relative alkali.
Kekerasan butiran di periksa dengan mesin penghaluslos angles (kehilangan berat max 50%)
Susunan gradasi agregat engikuti persyaratan agregat campuran.
Besar campuran maximum.
1/5 b jarak terkecil antara bidang samping cetakan .
1/3 t tabel plat
¾ d. jarak bersih minimum diantara batang-batang tulangan.
Pemilihan agregat yang digunakan sebagai bahan campuran tergantung :
Tersedianya bahan setempat .
Mutu beton.
Bentuk/jenis konstruksi yang akan dibuat.
Harga bahan tersebut.
Jenis Ukuran dan Bentuk Agregat
1. Ukuran umum agregat kasar :
Luas permukaan yang diselimuti pasta semen lebih kecil.
Kebutuhan air lebih kecil.
Strength kekuatan lebih besar.
2. Partikel agregat lebih kecil :
a. Luas permukaan yang diselimuti pasta semen lebih besar.
b. Kebutuhan air lebih besar.
c. Strength kekuatan lebih kecil.
3. Partikel agregat sangat besar.
Luas permukaan yang diselimuti pasta semen lebih besar
Strength kekuatan lebih kecil.
Gradasi agregat halus memenuhi persyaratan agar beton yang di hasilkan memberikan :
1. Workability, memungkinkan pengerjaan beton secara mudah tanpa menimbulkan segregasi agregat.
2. Kekuatan, keawetan, dan ketetapan bentuk.
Macam-macam type gradasi yang sering di jumpai :
1. Well graded ( agregat bergradasi baik ).
Keterangan : karena memiliki gradasi yang beragam.
2. Gap graded ( agregat bergradasi jelek ).
Keterangan : karena kerucingan batu tersebut akan hilang.
3. Uniform graded ( agregat bergradasi seragam )
Keterangan : mengakibatkan kurang pemerataan isi beton.
Analisa Saringan Agregat Kasar
Analisa saringan agregat kasar adalah berat kering agregat kasar dalam proses dibagi berat contoh kering permukaan yang sudah dikurangi dengan berat contoh dalam air.
Penyerapan agregat kasar adalah kemampuan agregat kasar dalamproses pembuatan suatu beton. adapun berat jenis agregat kasar dibagi menjadi dua masing-masing adalah berat jenis permukaan dari berat jenis semu.
Keterangan dari data dibawah , merupakan penjelasan dimana semua dapat di cari dengan rumus:
Berat Jenis = (A)
Berat Jenis Kering Permukaan
Berat Jenis Semu Penyerapan
Di mana :
Berat contoh kering (gr).
Berat contoh jenuh permukaan (gr)
Berat contoh dalam permukaan (gr)
Kadar Air Agregat Kasar
Merupkan prosentase jumlah air yang terkandung dalam agregat sebelum digunakan dalam proses pembuatan beton.
Hal ini mempengaruhi jumlah air yang digunakan dalam pengerjaan beton. Rumus yang digunakan dalam mncari kadar air sama dengan rumus agregat halus.
Kadar Lempung Dan Lempung Agregat Kasar
Merupakan prosentase jumlah kandungan lumpur/ lempung yang pada sisi-sisi agregat kasar, diman bila mencapai batas ketentuan agregat harus dicuci terlebih dahulu atau bahkan tidak bisa digunakan.
Adapun rumus untuk mencari kadar lempung atau lumpur ;
Kadar lumpur = A – B X 100 : B
Dimana :
A : Berat Agregat semula (gram)
B : Berat Agregat kering akhir (gram)
Analisa Bentuk Agragat Kasar
Digunakan untuk menentukan apakah agregat tersebut dapat dikategorikan memenuhi syarat gradasi agregat yang telah ditentukan.
Klasifikasi bentuk agregat kasar :
P (panjang) > 3 L (lebar) panjang
P (panjang) > 3 L (lebar) Pipih
P (panjang) > 3 L (lebar) dan L (lebar) > 3 L (lebar) baik
Prosentase yang diizinkan maksimum 20% (yang tidak memenuhi syarat)
Rumus prosentase agregat berdasarkan bentuk yang tidak memenuhi syarat
(B+C) : A x 100%
B : Berat Agregat kering akhir (gram)
Analisa Bentuk Agragat Kasar
Digunakan untuk menentukan apakah agregat tersebut dapat dikategorikan memenuhi syarat gradasi agregat yang telah ditentukan.
Klasifikasi bentuk agregat kasar :
P (panjang) > 3 L (lebar) panjang
P (panjang) > 3 L (lebar) Pipih
P (panjang) > 3 L (lebar) dan L (lebar) > 3 L (lebar) baik
Prosentase yang diizinkan maksimum 20% (yang tidak memenuhi syarat)
Rumus prosentase agregat berdasarkan bentuk yang tidak memenuhi syarat
(B+C) : A x 100%
Dimana : A = jumlah bendah uji (satuan)
B = Agregat panjang
C = Agregat piph
Air Campuran Beton
Tujuan utama penggunaan beton adalah agar terjadi hidrasi (reaksi kimia antara semen dan air) kebutuhan air untuk hidrasai adalah 20% dari barat semen.
Persyratan :
Tujuan utama penggunaan beton adalah agar terjadi hidrasi (reaksi kimia antara semen dan air) kebutuhan air untuk hidrasai adalah 20% dari barat semen.
Persyratan :
- · Harus bersih tidak boleh mengandung minyak, asam, alki, garam-garam, zat organik.
- · Untuk beton pratekan, beton brtulang tidak boleh mengandung ion klorida (CI), ion CI tidak boleh melebihi 500 mg/i air.
- · Air tawar yang tidak boleh diminum dan tidak boleh dipakai kecuali :
a. Mutu yang menggunakan air tersebut, mutu betonnya memenuhi syarat.
b. Perbadingan kuat tekan mortar antara air suling dan air tersebut pada umur 7 hari sampai 28 hari lebih dari atau sama dengan 90%.
Pengujian Beton Keras.
Pengujian beton keras ini dilakukan setelah beton berumur 7 hari , 14 dan 21 hari yang paling maksimal adalah umur 28 hari tidak dilakukan kerena keterbatasan waktu praktikum. Pengujian beton keras ini menggunakan mesin penguji kuat tekan beton, benda uji merupakan 9 kubus.
Istilah-Istilah Dalam Teknologi Beton
Workability
Kemudahan beton untuk di campur, diangkat, dicor, serta dipindahkan tanpa mengurangi homoginitasnya dan tercapai kekuatan yang direncanakan.
Bleeding
Pemisahan air didalam pencampuran beton, naik kepermukaan cor
Segregasi
Pemisahan agregat kasar dari beton terhadap mortar akibat gravitsi atau gerak dinamis.
Pemisahan agregat kasar dari beton terhadap mortar akibat gravitsi atau gerak dinamis.
Slump Test
Berkurangnya keenceran karena sejalan dengan waktu.
Berkurangnya keenceran karena sejalan dengan waktu.
Setting Time
Waktu ikat antara semen, air, agregat (kasar dan halus) dan atau bahantambahan
Waktu ikat antara semen, air, agregat (kasar dan halus) dan atau bahantambahan
Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
Mix Design
Tabel 1. proporsi takaran campuran
Tabel 2. Konversi perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur
Kuat tekan silinder (MPa) | 2,00 | 4,00 | 6,00 | 8,00 | 10,00 | 12,00 | 16,00 | 20,00 | 25,00 | 30,00 | 35,00 | 40,00 | 45,00 | 50,00 | |
Kuat tekan kubus (MPa) | 2,50 | 5,00 | 7,50 | 10,00 | 12,50 | 15,00 | 20,00 | 25,00 | 30,00 | 35,00 | 40,00 | 45,00 | 50,00 | 55,00 | |
Ratio silinder / kubus | 0,80 | 0,80 | 0,80 | 0,80 | 0,80 | 0,80 | 0,80 | 0,80 | 0,83 | 0,86 | 0,88 | 0,89 | 0,90 |
|
Tabel 3. 1. kuat tekan kubus
Ukuran silinder (mm) | 50 x 100 | 75 x 150 | 150 x 300 | 200 x 400 | 300 x 600 | 450 x 900 | 600 x 1200 | 900 x 1800 |
Kuat tekan relatif | 1,09 | 1,06 | 1,00 | 0,96 | 0,91 | 0,86 | 0,84 | 0,82 |
Tabel 3.2 Kuat tekan silinder
1. Langkah-langkah membuat campuran beton normal
- · Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan fc pada umur tertentu.
- · Hitung standart deviasi menurut ketentuan syarat
- · Hitung nilai tambah
- · Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan fc menurut syarat
- · Tetapkan jenis semen
- · Tetapkan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dapat dalam bentuk tak dipecahkan.
2. Tentukan air faktor semen menurut syarat, ikutilah langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan nilai kuat tekan 28 hari dengan menggunakan tabel 2, sesuai dengan semen dan agregat yang dipakai.
b. Lihat tabel 3.2 untuk benda uji berbentu silinder atau tabel 3.1 untuk benda uji berbentuk kubus.c. Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong kurva kuat tekan yang tentukan pada sub butir 2 diatas.d. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 diatas.e. Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan faktor air semen yang dibutuhkan.
3. Tetapkan slump.
4. Tetapkan ukuran agregat maximum jika tidak ditetapkan.
5. Ttentukan nilai kadar air semen bebas menurut tabel.
6. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar air bebas dibagi faktor air semen.
7. Jumlah semen maximum jika tidak ditentukan bisa diabaikan.
8. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin.
9. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah maximum yang disyaratkan), maka faktor air semen harus dipertimbangkan kembali.
10. Tentukan susunan butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus adalah sudah dikenal dan sudah dilakukan analisa ayakan menurut standart yang belaku, maka kurva dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva yang tertera pada grafik.
4. Tetapkan ukuran agregat maximum jika tidak ditetapkan.
5. Ttentukan nilai kadar air semen bebas menurut tabel.
6. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar air bebas dibagi faktor air semen.
7. Jumlah semen maximum jika tidak ditentukan bisa diabaikan.
8. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin.
9. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah maximum yang disyaratkan), maka faktor air semen harus dipertimbangkan kembali.
10. Tentukan susunan butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus adalah sudah dikenal dan sudah dilakukan analisa ayakan menurut standart yang belaku, maka kurva dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva yang tertera pada grafik.
11. Tentukan prosentse pasir dengan menggunakan grafik , dengan diketahuinya ukuran butiran agregat maximum, slump, faktor air semen butir 15 dan daerah butir-butir 16, maka jumlah prosentase yang dibutuhkan dapat dibaca dari grafik. Jumlah ini adalah seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam agregat yang biasa di pakai di Indonesia yang sering kali dijumpai bagian yang lebih dari 5 mm dari jumlah yang lebih dari 5%. Dalam hal ini maka jumlah agregat yang harus diperlukan dikurangi.
12. Hitung berat jenis relative.
13. Tentukan jenis relative beton sesuai kadar air bebas yang sudah ditetukan dan berat jenis relatif dari berat gabungan.
14. Hitung kadar agregat halus yang kadar besarnya adalah berat jenis beton dikurangi kadar semen dan kadar air bebas.
15. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali prosentase pasir butir 17 di kurangi kadar gabungan agregat halus.
16. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan.
17. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut ini :
a. Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang ditentukan, maka susunan beton tersebut dikatakan baik. Jika tida maka campuran perlu dibetulkan
b. Kalau slumpnya terlalu tinggi/rendah, maka kadar air perlu dikurangi/ditambah ( dengan demikian juga kadar semennya, karena faktor air semen harus dijaga tetap/tidak berubah ).
c. Jika kekuatan beton dari campuran beton ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor air semen dapat/ditambah/dikurangi sesuai dengan grafik 1 dan 2. apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit, minimum 1 kali sehari dan dihitung menurut rumus :
13. Tentukan jenis relative beton sesuai kadar air bebas yang sudah ditetukan dan berat jenis relatif dari berat gabungan.
14. Hitung kadar agregat halus yang kadar besarnya adalah berat jenis beton dikurangi kadar semen dan kadar air bebas.
15. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali prosentase pasir butir 17 di kurangi kadar gabungan agregat halus.
16. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan.
17. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut ini :
a. Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang ditentukan, maka susunan beton tersebut dikatakan baik. Jika tida maka campuran perlu dibetulkan
b. Kalau slumpnya terlalu tinggi/rendah, maka kadar air perlu dikurangi/ditambah ( dengan demikian juga kadar semennya, karena faktor air semen harus dijaga tetap/tidak berubah ).
c. Jika kekuatan beton dari campuran beton ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor air semen dapat/ditambah/dikurangi sesuai dengan grafik 1 dan 2. apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit, minimum 1 kali sehari dan dihitung menurut rumus :
B-(CK-Ca) x C/100 – (Dk-Da) x D/100
Agregat Halus
C + (CK-Ca) XC/100
Agregat Kasar
D + (CK-Ca) XD/100 |
Dimana :
B = Jumlah Air (kg/m3)
C = Jumlah agregat halus (kg/m3)
D = Jumlah kerikil (kg/m3)
Ca = Absorsi air pada agregat halus (%)
Da = Absorsi air pada agregat kasar (%)
Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
Pelaksanaan campuran beton
Pembuatan campuran beton
Tujuan :
Membuat campuran beton berdasarkan analisa agregat dan susunan dari percobaan terdahulu.
Peralatan yang digunakan :
1. Timbangan 100gr
2. Takaran air
3. Ember
4. Sendok semen
5. Molen
Bahan yang digunakan :
1. Semen portland jenis 1
2. Pasir
3. Kerikil
4. Air
5. Bak tempat adukan basah
Prosedur pengujian :
1. Timbang semua bahan yang akan digunakan
2. Molen diisi air secukupnya (sekedar membasahi molen tersebut).
3. Masukkan kerikil ¾ bagian dari air
4. Setelah semua kerikil dibasahi dengan rata masukkan semen lalu masukkan pasir.
5. Masukkan air sisanya tadi dan aduk sampai rata.
6. Setelah beton tercampur homogen campuran tersebut dapat dikeluarkan dari molen
.
Tujuan Slump Test
Tujuan :
Untuk mengetahui workability (kemampuan untuk dikerjakan) dari campurasn beton dan memperoleh keseragaman pemakaian air.
Peralatan yang digunakan :
2. Tabung kerucut besi (tabung abraham)
3. Alat perojok diameter 16 mm dan panjang 60 cm
4. Mistar
5. Plat baja
Bahan yang dibutuhkan
1. Beton segar
Prosedur :
1. Kerucut dibasahi bagian dalamnya
2. Disiapkan diatas meja
3. Beton dimasukkan didalam kerecut secara bertahap
4. 1/3 bagian I, II, III dirojok masing-masing 25 kali
5. Setelah penuh ratakan permukaan beton
6. Kerucut kita angkat pelan-pelan secara vertikal tanpa gaya horizontal
7. Kita biarkan selama 30 detik
8. Kerucut kita angkat, diisi beton dalam keadaan terbalik dan menggunakan mistar lalu kita ukur selisih tinggi beton dan kerucut dan nilai tersebut adalah harga Slump.
Mutu Beton
Tes kekuatan tekan hancur beton
Maksud dan tujuan
Metode ini dimaksudkan untuk pegangan, dalam pengujian ini untuk menentukan kuat tekan beton (compressive sternght) beton dengan benda uji bentuk silinder atau kubus yang dibuat dan dirancang di laboratorium maupun di lapangan.
Tujuan :
Pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan beton dengan prosedur yang benar.
Ruang lingkup
Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar (fresh concrete) yang mewakili campuran. Benda uji ini biasanya berbentuk silinder atau kubus. Hasil pengujian ini dapat dilakukan dalam pengendalian mutu, dan perencanaan campuran beton.
Pengertian
Kuat tekan beton adalah besarannya satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur adalah bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, dan perencanaan beton.
Test kuat tekan beton dengan Hammer Test
Tujuan :
Untuk mengetahui kekuatan dengan persyaratan yang lebih ringan
Peralatan yang perlu dipersiapkan :
Hammer test type N33 buatan swiss
Bahan yang diperlukan :
Benda uji kubus atau silinder uji yang telah berumur 28 hari
Prosedur pengujian:
1. Test hammer dilakukan satu kali yaitu dalam arah vertical.
2. Letakkan benda uji dalam mesain tekan dan baca hasil pengukurannya.
sumber :