Mengenai Saya

Welcome my friend ...

The place of sharing knowledge and insight for the progress of us all ...

Selasa, 12 Maret 2013

BATU BATA LIMBAH KERTAS

Totok Mengubah Limbah Lembek Jadi Sekeras Bata 
Jumat, 07/01/2011 | 11:13 WIB
Oleh : Yopi Widodo

Selama ini kita mengenal batu bata dibuat dari tanah liat atau lempung. Bagaimana jika batu bata yang keras tersebut dibuat dari bahan yang lembek seperti lumpur, bubur kertas, atau mungkin abu kayu?
Di tangan Vincentius Totok Noerwasito bahan lembek seperti lumpur, bubur kertas atau pun abu kayu menjelma menjadi batu bata yang kekuatannya tak kalah dengan bata konvensional. Ketertarikan dosen Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini pada batu bata membuat dirinya semangat meneliti bahan-bahan yang dianggap sampah dan limbah menjadi bahan baku pembuatan bata.
Bahan-bahan yang ditelitinya sebagai bahan baku pembuatan bata memang bukan sembarang bahan. Yang menjadi fokus penelitian bahan batu bata adalah bahan yang dianggap menjadi limbah.
Beberapa penelitian Totok memang kerap menggunakan bahan limbah. Selain karena bertujuan untuk mengurangi jumlah limbah, penelitian menggunakan limbah sebagai bahan baku pembuatan batu bata masih jarang dilakukan. “Ini persoalan bagaimana memecahkan limbah, karena itulah saya gunakan bahan-bahan limbah sebagai pembuatan batu bata,” ujarnya, Kamis (6/1).
Totok menceritakan keberhasilannya dalam membuat batu bata dari bahan alternatif itu berawal dari studinya di Institut National des Science Appliquees (INSA), Lyon, Prancis pada 1989 silam. Studinya dilanjutkan kursus khusus pembuatan batu bata di sebuah sekolah arsitektur di Grenoble, Prancis.
“Ada banyak sampah kertas, ada banyak abu kayu dan tebu dari pabrik gula di Jawa. Ini kan sering dianggap limbah, jadi saya ingin mengolah limbah-limbah ini,” katanya.
Pembuatan batu bata dari berbagai limbah tersebut, lanjut Totok, didapat dengan mengkombinasikan bahan limbah tersebut dengan campuran semen dan bahan lainnya. Campuran tersebut diolah dengan komposisi sedemikian rupa sehingga menghasilkan batu bata yang siap digunakan. Batu bata ciptaan Totok, juga menjalani uji tekanan untuk mengukur kekuatannya. Dari pengukuran yang dilakukan, batu bata kertas Totok mampu menahan tekanan hingga 100 kg/cm3. “Meski dari bahan-bahan yang lembek seperti kertas atau abu, tingkat kekuataannya bisa lebih kuat empat kali dari batu bata umum,” tambah pria yang menyulap bagian belakang rumahnya menjadi sebuah laboratorium mini penelitiannya.
Karena menggunakan bahan yang lembek, berat batu bata buatan Totok cukup ringan. Jauh lebih ringan dari pada batu bata pada umumnya, namun tetap memiliki kekuatan yang cukup baik. Batu bata buatan Totok sangat cocok digunakan sebagai dinding rumah tahan gempa. Bila roboh pun, tidak akan terlalu keras menimpa karena memiliki bobot yang ringan.
“Kalau yang menggunakan bahan bubur kertas, bisa diterapkan di perkotaan karena limbah kertas ada banyak dikota. Kalau yang abu kayu dan tebu bisa diterapkan di sekitar pabrik gula,” katanya.
Bahan kertas yang menggandung serat cukup bagus sebagai bahan batu bata. Kertas apa pun dapat dibuat menjadi bahan baku batu batanya. Bahkan kertas koran bekas pun bisa digunakannya. Namun karena masih memiliki nilai jual, kertas yang digunakannya adalah kertas yang tidak terpakai dalam aktivitas perkantoran semacam kertas HVS.
Totok berencana mengaplikasikan batu bata buatannya yang berasal dari kertas untuk dijadikan sebuah bangunan. Jika sudah berbentuk sebuah bangunan dan memperolah hak paten, hasil penelitiannya akan ditawarkan ke pihak yang berminat.
“Hampir tidak ada kesulitan dalam penelitian ini. Bahan baku limbah juga ada, hanya mungkin sedikit rumit ketika bermain-main di angka komposisi antara limbah dengan campuran semennya,” ungkapnya.

Abu vulkanik
Hingga kini Totok terus berusaha mengembangkan penelitiannya di bidang batu bata. Bahkan ayah tiga anak ini juga tercatat memperoleh dana hibah penelitian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) untuk membiayai penelitian batu bata kertasnya selama lima bulan.
Potensi lain yang ingin dibuatnya menjadi bahan batu bata adalah abu vulkanik gunung berapi. Saat Gunung Merapi melontarkan hampir 144 juta meter kubik material vulkaniknya dan Bromo yang terus erupsi, Totok berminat mengaplikasikan temuan dan pemikirannya dalam bidang batu bata. Sayangnya dirinya kesulitan dalam memperoleh bahan baku abu vulkanik gunung berapi.
“Saya punya konsep itu, tetapi tidak saya lontarkan dulu karena masih dalam suasana duka dan belum punya bahan bakunya. Tetapi saya rasa, abu vulkanik itu cukup bagus kalau dibuat batu bata,” pungkasnya.


sumber :
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=3c7e1298cd2ad55ce4ada3a9aa0a3024&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar