Mengenai Saya

Welcome my friend ...

The place of sharing knowledge and insight for the progress of us all ...

Jumat, 10 Februari 2012

ANALISA REKAYASA LALU LINTAS DENGAN FLYOVER PADA SIMPANG JALAN NGINDEN - JALAN PRAPEN SURABAYA

Created by :
WIDIASTARI,ANINDITA (3110040510)
Surabaya kota terbesar kedua setelah ibukota Jakarta, pada persimpangan Jl. Raya Nginden - Jl. Prapen - Jl. Panjang Jiwo - Jl. Jagir Wonokromo sampai saat ini masih belum mampu untuk mengurangi permasalah kemacetan. Oleh karena hal tersebut, dilakukannya perubahan pengaturan arus lalu lintas dan analisa kinerja persimpangan dengan menggunakan Flyover yaitu dengan dilakukan pengalihan jalur pada kendaraan roda 4 keatas ke flyover tersebut, dan untuk mengetahui kelayakan Flyover tersebut perlu dilakukan analisa kembali dalam jangka 5 tahun kedepan, dengan diperkirakan Flyover tersebut sudah dapat dioperasikan pada tahun 2011. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung tingkat kinerja kapasitas (C), derajat kejenuhan (DS) dan tundaan pada kondisi eksisting dan dibandingkan dengan derajat kejenuhan (DS) setelah adanya Flyover dan dalam jangka 5 tahun keberadaan Flyover. Dengan adanya pembangunan Flyover tersebut, serta dari hasil analisa lalu lintas pada jalan eksisting pada tahun 2011 didapatkan nilai derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,795 (pada puncak pagi), dengan total delay 730.86 det dengan LOS F dan pada tahun yang sama(setelah adanya flyover) didapatkan nilai DS sebesar 0,860(pada puncak pagi) dengan total delay 37,42 det dengan LOS C, dan untuk 5 tahun kedepan didapatkan nilai DS sebesar 0,962 (puncak pagi) dengan total delay 42 det nilai LOS E. Kondisi perencanaan Flyover 2/2UD (jalan layang) pada awal tahun didapatkan derajat kejenuhan (DS) 0,774, kecepatan tempuh (VLV) 36,74 km/h, waktu tempuh (TT) 72.469 det dan derajat iringan (DB) 0,846, Sedangkan untuk Flyover pada 5 tahun kedepan dengan derajat kejenuahan (DS) 0,864, kecepatan tempuh (VLV) 39,49 km/h, waktu tempuh (TT) 78,9190 det dan derajat iringan (DB) 0,875. Dari hasil analisa diatas menunjukkan bahwa kinerja lalu lintas dengan menggunakan flyover masih cukup baik sampai 5 tahun ke depan dan sebagai tolak ukur untuk direncanakan flyover tersebut.

sumber : http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100011044934-/17135

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS



BAB I 

KETENTUAN UMUM 


Pasal 1 

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1.  Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

2.  Keamanan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau
kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas.

3.  Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.

4.  Ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap pengguna jalan.

5.  Kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas dan penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di jalan.

6.  Jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan yang terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarkis.

7.  Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas dari pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen hasil analisis dampak lalu lintas.

8.  Manajemen kebutuhan lalu lintas adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sasaran meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas.



9.  Tingkat pelayanan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan kondisi operasional lalu lintas.

10. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
11. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan per satuan
waktu, dinyatakan dalam kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam.

12. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung volume lalu lintas ideal per satuan waktu,
dinyatakan dalam kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam.

13. Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam satuan waktu, dinyatakan dalam kilometer per jam.

14. Tundaan lalu lintas adalah waktu tambahan yang diperlukan untuk melewati persimpangan dibandingkan
dengan situasi tanpa persimpangan.

15. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

16. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN


Pasal 1 

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Jaringan jalan adalah sekumpulan ruas-ruas jalan yang merupakan satu kesatuan yang terjalin
dalam hubungan hirarki.
2. Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
penggunaan seluruh jaringan jalan, guna peningkatan keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas.  
3. Keselamatan lalu lintas adalah keadaan terhindarnya pengguna jalan dan masyarakat dari
kecelakaan lalu lintas.  

4. Ketertiban lalu lintas adalah keadaan perilaku pengguna jalan untuk mematuhi peraturan berlalu
lintas.
5. Kelancaran lalu lintas adalah keadaan tidak terganggunya arus lalu lintas.
6. Tingkat pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk menampung
lalu lintas pada keadaan tertentu.  
7. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan
per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam.
8. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung volume lalu lintas ideal per
satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam.
9. Nisbah volume/kapasitas (V/C ratio) adalah perbandingan antara volume lalu lintas dengan
kapasitas jalan.
10. Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam satuan waktu,
dinyatakan dalam kilometer/jam.
11. Tundaan di persimpangan adalah waktu tambahan yang diperlukan untuk melewati
persimpangan tersebut dibandingkan dengan situasi tanpa persimpangan.
12. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dibidang lalu lintas dan angkutan jalan.
13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Kamis, 05 Januari 2012

Langganan E-Journal


Langganan E-Journal
Written by Yoga Arianda   
Tuesday, 13 July 2010 13:47
e-journal
Akses Jurnal Elektronik yang disediakan:
1. ProQuest, mencakup bidang ilmu:
- Bidang Agama
- Bidang Ilmu Sosial
- Bidang Pertanian
- Bidang Sains
- Bidang Seni
Akses melalui URL: www.proquest.com/pqdweb
2. EBSCO, mencakup bidang ilmu:
- Bidang Teknik
- Bidang Bisnis
- Bidang Kedokteran
Akses melalui URL:http://search.epnet.com
3. Cengage, mencakup bidang ilmu
- Bidang Sains
- Bidang Pendidikan
- Bidang Ilmu Sosial
Akses melalui URL: www.infotrac.galegroup.com/itweb
Bagi perguruan tinggi yang belum memiliki username dan password, harap menghubungi kopertis wilayah masing-masing untuk mendapatkan akses yang telah dibuatkan untuk setiap perguruan tinggi
Cara penggunaan E-Journal silahkan buka Panduan E-Journal
Akses Jurnal Elektronik melalui portal http://e-journal.dikti.go.id
Akses Jurnal Elektronik yang disediakan:
1. ProQuest, mencakup bidang ilmu:
- Bidang Agama
- Bidang Ilmu Sosial
- Bidang Pertanian
- Bidang Sains
- Bidang Seni
Akses melalui URL: www.proquest.com/pqdweb

2. EBSCO, mencakup bidang ilmu:
- Bidang Teknik
- Bidang Bisnis
- Bidang Kedokteran
Akses melalui URL: http://search.epnet.com

3. Cengage, mencakup bidang ilmu
- Bidang Sains
- Bidang Pendidikan
- Bidang Ilmu Sosial
Akses melalui URL: www.infotrac.galegroup.com/itweb

Bagi perguruan tinggi yang belum memiliki username dan password, harap menghubungi kopertis wilayah masing-masing untuk mendapatkan akses yang telah dibuatkan untuk setiap perguruan tinggi
Cara penggunaan E-Journal silahkan buka Panduan E-Journal
 

Kamis, 15 Desember 2011

Success ... Why Some People Can’t Handle Success

Intellectual vanities… about close to everything it’s about self-sabotage. New research shows that how people view their abilities in the workplace impacts how they respond to success. Dr. Jason Plaks, a social psychologist at the University of Toronto and Kristin Stecher, a research scientist at the University of Washington, found that those who thought of their capabilities as fixed were more likely to become anxious and disoriented when faced with dramatic success, causing their subsequent performance to plummet, compared to those who thought of their abilities as changeable.
success-in-sight-cycle.jpg
“People are driven to feel that they can predict and control their outcomes. So when their performance turns out to violate their predictions, this can be unnerving — even if the outcome is, objectively speaking, good news,” says Plaks. He points out that the notion that people often sacrifice their success in the name of greater certainty has some intuitive appeal but it has never been put to a rigorous test.
In one representative study, Plaks and Stecher used a questionnaire to classify participants into those who endorsed a fixed view of intelligence and those who endorsed a malleable view. Then participants took three versions of what was purported to be an intelligence test. After the first test, all participants were given a lesson on how to improve their score. After the second test, participants were randomly assigned to be told that their performance had improved, stayed constant, or declined.
Among those who believed they had improved, those with the fixed view became more anxious and performed worse on the third test than those with the malleable view. However, among participants who believed that their performance had failed to improve, it was the malleable view participants who grew anxious and underperformed compared to their fixed view counterparts.
Plaks notes that if people gain an understanding of how they view their abilities, as fixed or changeable, then they can be aware of the advantages and pitfalls of both perspectives. This in turn may better equip them to adopt alternative theories to explain life’s ups and downs. “Both approaches are highly intuitive and that makes them relatively easy to teach,” says Plaks. “If we can get people to change their underlying assumptions about their abilities then they may improve their performance and that is positive news for those charged with the task of getting people to reach their full potential.”